Selasa, 10 Juli 2012

Menikah


Pajajaran, 30 Juni 2012

Menikah

Ketika saya akan menulis tentang tema penikahan, saya berpikir terlebih dahulu apakah saya pantas menulis tentang ini sedangkan saya saja belum menikah. Tanpa bermaksuk menggurui siapapun tulisan ini murni untuk berbagi ilmu dengan harapan ilmu ini bisa bermanfaat untuk yang membacanya dan untuk saya sendiri. Mungkin sebagian diantara kalian berpikir saya akan menikah sebentar lagi? Wow secara saya sudah cukup umur untuk menikah hehehe, Saya memang akan menikah, setiap manusia pasti punya keinginan untuk menikah. Hanya saja kapan waktu pernikahan itu akan berlangsung, sekarang ataukah nanti bagi saya sama saja asalkan tujuannya jelas.
Seseorang yang memutuskan untuk menikah dini itu hebat. Jika tujuan ia menikah karena, kesiapan dirinya secara lahir dan batin serta untuk menjaga kesucian dan kehormatannya. Seseorang yang memutuskan  untuk menikah nanti pun juga hebat, jika ia  merasa dirinya belum mampu dan masih bisa menahan hasratnya serta terus berupaya memperbaiki dan memantaskan diri untuk yang terbaik.
Saya ingin berbagi beberapa ilmu dari M Quraish Shihab dalam bukunya “Pengantin Al-quran” yang saya ringkas dengan bahasa yang lebih sederhana agar mudah dimengerti. Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang menikah. Mengapa kita perlu menikah?, Apa itu pernikahan?, Perlukah cinta dalam pernikahan?, Apa itu sakinah, mawaddah dan warahmah? Bagaiman mengatasi problema dalam pernikahan?.  Hmm, kalian mungkin penasaran dan ingin tahu jawabannya. Mari kita tetap fokus dalam membaca tulisan ini dan berbagi jika saya ternyata keliru dalam mengungkapkannya. J
Mengapa kita perlu menikah?, pertanyaan yang mungkin pernah terbesit dalam benak kita. Pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial, dimana manusia baik laki-laki maupun perempuan memiliki ketergantungan terhadap orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu kebutuhan dalam diri setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan adalah dorongan seksual, yang bertujuan untuk memenuhi kepuasaan dalam dirinya dan memelihara eksistensinya sebagai mahluk hidup. Ini lah yang menjadi alasan mengapa setiap mahluk melaksanakan pernikahan. Tetapi harus diingat bahwa manusia menikah bukan hanya dorongan seksual, lebih dari itu karena manusia menginginkan sakinah, mawaddah dan warahmah dalam pernikahnnya.
“Diantara tanda-tanda kekuasaan Allah, telah diciptakan-Nya untukmu pasangan-pasangan dari jenis mu sendiri, supaya kamu tentram didalamnya. Dan diciptakan-Nya diantara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya hal itu menajdi tanda kebesaran Allah bagi orang-oarang yang berpikir.”      (QS Al-Rum [30]:21)
“Maha Suci Allah yang menciptakan semua pasangan, baik dari apa yang tumbuh di bumi, dari jenis mereka (manusia) maupun dari (mahluk-mahluk) yang mereka tidak ketahui.” (QS. Ya Sin [36]:36).
Rasullullah SAW. Pun memerintahkan laki-laki agar memilih perempuan yang paling baik agamanya untuk dinikahi. “Seorang wanita dinikahi karena empat perkara: harta, kecantikan, keurunan dan agama. Maka diantara pilihan yang paling baik agamanya, niscaya kamu tidak akan merugi.”
Lalu apa pernikahan itu? Telah dijelaskan bahwa Allah SWT menciptakan segala sesuatunya secara berpasangan, ada malam ada siang, ada bahagia ada sedih, ada wanita dan ada laki-laki. Ini dinamakan law of sex “hukum berpasangan”, yang bisa kita simpulkan bahwa pernikahan adalah sunnatullah dalam arti “Ketetapan Tuhan yang diberlakukannya terhadap semua mahluk”. Menikah adalah aksi dari satu pihak yang disambut dengan reaksi penerimaan oleh pihak lain, yang satu memengaruhi dan yang lain dipengaruhi.
Allah berfirman : “Kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-oarang yang layak (kawin) dari hamba-hamba sahaya kamu yang laki-laki dan hamba-hama sahaya kamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karuaniaNya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui. Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah mereka menjaga kesucian (diri) mereka, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya” (QS. An-Nur [24]:32-33).
Rasullulah SAW pernah bersabda dalam hal yang menyangkut pernikahan. “Pernikahan adalah salah satu sunah ku. maka siapa yang tidak senang dengan cara hidupku (yakni yang hendak mengekang dorongan seksualnya sehingga tidak menyalurkannya melalui pernikahan yang sah) maka dia bukan dari (temaksuk dalam kelompok umat) ku.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Menikah juga berarti menyambung silaturahmi dua keluarga besar. Seseorang yang akan menikah, sesungguhnya tidak hanya menikah dengan pasangannya saja, tetapi juga “menikah” dengan keluarganya. Karena menikah itu tidak hanya membahagiakan aku dan kamu tetapi keluargaku dan keluargamu. Nah jadi jangan mau kalu ada yang ngajak kawin lari ya, capek hehehe
Nasihat dari seorang yang bijak: “Jangan tanya akal anda tentang wanita yang hendak anda jadikan pendamping. Pastilah akal akan menunjukan kekurangannya, dan ketika itu anda akan mengurungkan rencana. Tapi tanyailah hati. Jika ia menjawab positf, walau tak bulat, maka tugaskan akal mencari pembenaran.”
Perlukah cinta dalam menikah? Tidak ada rasa takjub yang lebih memukau dari pada rasa takjub karena dicintai atau mencintai, tapi apakah cinta itu?Ulama besar, Ibn Hazm menggambarkan pengalaman pribadinya dan pengalaman orang lain dalam memahami cinta. Ulama itu menulis,
“Cinta, awalanya permainan dan akhirnya kesungguhan. Ia tidak dapat dilukiskan, tetapi harus dialami agar diketahui. Agama tidak menolaknya dan syariat pun tidak melarangnya, karena hati di tangan Tuhan, Dia yang membolak-baliknya.”
Ada beberapa fase dalam lahirnya cinta, fase pertama adalah kedua belah pihak yang akan mencintai dan dicintai merasakan ada atau tidaknya kedekatan antara mereka berdua. Fase kedua adalah pengungkapan diri (self revelation), dimana masing-masing merasakan ketenangan dan kenyamanan untuk mengungkapkan lebih dalam lagi tentang dirinya berupa keinginan, harapan dan cita-citanya. Fase ketiga adalah saling ketergantungan (mutual dependencies), dimana masing-masing merasakan memerlukan bantuannya untuk memenuhi kebutuhannya, memerlukan pasangannya untuk berbagi kesedihan maupun kebahagiaan.
Jadi sangatlah perlu adanya cinta dalam sebuah pernikahan, karena menikah adalah menyatukan dua “aku”, yang mereka tidak akan pernah menyatu tanpa adanya kecocokan jiwa yaitu cinta. Kalu kata para pujangga “hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga”. Ops :D
“Jangan kau kira cinta datang dari keakraban dan pendekatan yang tekun, cinta adalah putra dari kecocokan jiwa dan jikalau itu tiada. Cinta tak akan tercipta dalam hitungan tahun bahkan abad.” (Khalil Gibran).
Apakah sakinah, mawaddah dan warahmah itu?, sakinah mawadddah dan warahmah adalah tujuan dari suatu pernikahan dimana itu diusahakan bukan dinantikan kedatangannya dalam rumah tangga kita. Seperti halnya ilmu yang diusahakan dalam mendapatkannya bukan ditunggu kedatangnnya. Seperti yang diisayaratkan dalam Al-Quran; membangun jiwa sakinah, menghidupkan semangat mawaddah dan mempertahankan spirit rahma.
Kata sakinah berarti ketenangan, atau lawan kata dari kegonjangan. Sakinah menggambarkan sebuah ketenangan dan ketentraman karena sebelumnya terjadi sebuah gejolak dalam diri. Sakinah dapat dilahirkan apabila agama berperan dengan baik dalam kehidupan rumah tangga. Perlu diingat bahwa sakinah tidak datang begitu saja atau lewat depan rumah seperti tukang sate yang biasa lewat hehehe. Ada syarat bagi kehadirannya, yaitu berkenaan dengan kalbu/hati manusia yang harus disiapkan dengan kesabaran dan ketaqwaan. Perbanyaklah berdzikir kepada Allah niscaya hati akan tenang. J
 Sakinah baru diperoleh setalah melalui beberapa fase, bermula dari membersihkan hati dari sifat tercela dan buruk. Bukan pake diterjen untuk membersihkannya hohoho melainkan dengan melakukan permuhasabahan diri dimana kita mengakui dosa-dosa dan kesalahan kita kepada Allah. Kemudian “memutuskan hubungan” dengan masa lalu yang kelam, dengan penyesalan dan pengawasan yang ketat terhadap diri kita dalam hal kedapan. Setelah itu muhajadah/perjuangan melawan sifat tercela dan menggantinya dengan sifat terpuji, bertaubat untuk meninggalkan keburukan dan menggantinya dengan kebaikan, sambil memohon bantuan Alllah. Percayalah pertolongan Allah amatlah dekat J
Mawaddah berasal dari kata yang maknanya berkisar kepada “kelapangan dan kekosongan”, mawaddah adalah kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Ia adalah cinta plus sejati. Inget bukan cinta biasa tapi “cinta plus” dimana seseorang yang telah bersemai dalam hatinya mawaddah tidak akan mudah bercerai berai, walau dipisah laut dan pantai tak akan goyah gelora cinta, walau dipisah api dan bara tak akan padam sinar asmara. ow ow ow ciiyye ciiyee kok jadi nyanyi hehehe
Oea mawaddah ini tidak hadir begitu terlaksananya perkawinan, kelirulah jika orang beranggapan mawaddah akan hadir setelah menikah, kalu demikan kita tidak akan menemukan perkawinan yang gagal, right?. Yang benar adalah dengan pernikahan Allah menganugrahkan pasangan suami istri untuk meraih mawaddah dengan berjuang bersama. Ada beberapa tahap nih untuk meraih mawaddah. Pertama tahap bulan madu dimana pada tahap ini hati pasangan berbunga-bunga serasa dunia milik berdua, seperti kisah romeo dan juliet yang berani mati untuk pasangannya wiw wiw saking cintanya. Kedua tahap gejolak, nah ditahap ini terjadi setelah bulan madu. Kehidupan di tahap ini sudah tidak terlalu memesona, mulai hinggap kejengkelan-kejengkelan dihati. Mulai deh terbuka sifat-sifat dasar masing-masing pasangan yang dulu di umpetin di dalam kantong sebelum menikah hehehhe. Pada tahap ini kedua pasangan mulailah sadar bahwa pernikahan bukan tentang romantisme belaka seperti kisahnya romeo dan juliet, kadang terjadi penyesalan telah menikahinya. Nah kalu dibiarkan bisa terncam gagal deh rumah tangga yang baru kita bangun, upaya untuk mencegah terjadinya kegagalan dengan kesabaran dan toleransi sambil memohon bantuan Allah SWT. Inget bukan bantuan dukun ya bantuan Allah Azza Wajalla. ketiga tahap perundingan dan negosiasi, tahap ketiga ini lahir jika masing-masing pasangan masih saling membutuhkan dan karena itu mereka selalu melakukan negosiasi, kedua belah pihak harus saling mengalah dalam melakukan negosiasi. Mereka harus bisa menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing pasangan. Jika tahap ini sukses maka akan lahir tahap berikutnya. Keempat tahap penyesuaian dan integritas, pada tahap ini masing-masing dapat menunjukan sifat aslinya. Pada tahap ini masing-masing mulai saling menghargai satu sama lain meskipun masih terdapat perbedaan. Pada tahap ini akan terasa nikmatnya berkorban demi cinta. Wew... Kelima tahap peningkatan kualitas kasih sayang, disini masing-masing pasangan menyadari bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan bahwa hubungan perkawinan berbeda dengan segala macam hubungan sosial yang selama ini dikenal. Pada tahap ini, pasangan menajdi teman terbaik, kawan berdiskusi dan berbagi kebahagian, dan semua kegiatan dikaitkan dengan upaya menyenagkan pasangan. Keenam tahap kemantapan, pada tahap ini masing-masing pasangan menghayati cinta kasih sebagai kenyaataan abadi, sehingga badai perbedaan dan perselisihan pun tak akan menggoyahkan rumah tangga. Nah, dalam masa kemantapan inilah kebahagiaan sejati dirasakan.
Warahmah atau Rahmah artinya kasih sayang, diambil dari kata rahim yarhamu yang bermakna kesungguhan untuk berbuat baik kepada yang dicintainya, mencerminkan sikap saling memahami kekurangan masing-masing dan berusaha untuk melengkapinya. Rahmah adalah kondisi pisikologis yang muncul didalam hati akibat menyaksikan ketdiakberdayaan dan mendorong yang bersangkutan untuk melakukan pemerdayaan. Rahmah menghasilakan kesabaran, murah hati, tidak cemburu. Pemiliknya tidak angkuh, tidak mecari keuntungan semata, tidak pemarah apalgi pendendam. Rahmah yang menghiasi jiwa sesorang mampu membendung keinginan dan kebutuhan yang berpotensi untuk menyakiti pasangannya. Sehingga pasangan suami istri yang jiwanya telah dihiasi Rahmah selalu mengupayakan kebahagiaan pasanganya dan menghindari suatu yang akan menyakiti hati pasangannya. Subahnallah sekali ya J.
Bagaimana mengatasi problema dalam pernikahan? Loh kan sudah dijelaskan diatas, yaitu dengan berusaha untuk meraih Sakinnah, Mawaddah dan Warahmah melalui kesabaran dan ketaqwaan kepada Allah Azza Wajalla. Karena pada dasarnya manusia tidak ada yang sempurna begitu pula dengan sebuah pernikahan, kitalah yang harus membuat ketidak sempurnaan itu menjadi sempurna.
Jika diantara teman-teman masih penasaran dan belum puas dengan jawaban-jawaban yang ada di benak kalian, teman-teman bisa baca langsung bukunya M. Quraish Shihab yang berjudul “Penganting Al-Quran, Kalung permata buat anak-anak ku”. kalu ga, bisa juga baca bukunya “Sakinah Bersamamu” dari Asma Nadia. Kalu ga punya uang buat beli bukunya, kalian bisa ikutin tips dari saya yaitu sering-sering nongkrong di gramedia buat baca buku gratisan hahahah :D


Ini buku Pengantin Al-Quran
Ini buku Sakinah Bersamamu

Tulisan ini saya dedikasikan juga khusus untuk sepupu saya yang sekaligus teman sepermainan saya waktu kecil @Icha yang telah berani memutuskan untuk menikah dini. Semoga pernikahan kalian dipenuhi dengan keberkahan sehingga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Saya tidak bisa memberikan sebuah kado yang lebih baik dari sebuah ilmu yang Allah dan Rosul kita telah berikan.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih buat teman-teman yang sudah berkunjung di blog saya, apalagi mau kasih comment buat tulisan saya ini. Sampai jumpa lagi di tulisan saya yang selanjutnya J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Sample Text