Pajajaran,
30 Juni 2012
Menikah
Ketika
saya akan menulis tentang tema penikahan, saya berpikir terlebih dahulu apakah
saya pantas menulis tentang ini sedangkan saya saja belum menikah. Tanpa
bermaksuk menggurui siapapun tulisan ini murni untuk berbagi ilmu dengan
harapan ilmu ini bisa bermanfaat untuk yang membacanya dan untuk saya sendiri. Mungkin
sebagian diantara kalian berpikir saya akan menikah sebentar lagi? Wow secara saya sudah cukup umur untuk
menikah hehehe, Saya memang akan menikah, setiap manusia pasti punya keinginan
untuk menikah. Hanya saja kapan waktu pernikahan itu akan berlangsung, sekarang
ataukah nanti bagi saya sama saja asalkan tujuannya jelas.
Seseorang
yang memutuskan untuk menikah dini itu hebat. Jika tujuan ia menikah karena, kesiapan
dirinya secara lahir dan batin serta untuk menjaga kesucian dan kehormatannya.
Seseorang yang memutuskan untuk menikah
nanti pun juga hebat, jika ia merasa
dirinya belum mampu dan masih bisa menahan hasratnya serta terus berupaya
memperbaiki dan memantaskan diri untuk yang terbaik.
Saya
ingin berbagi beberapa ilmu dari M Quraish Shihab dalam bukunya “Pengantin
Al-quran” yang saya ringkas dengan bahasa yang lebih sederhana agar mudah
dimengerti. Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang menikah. Mengapa
kita perlu menikah?, Apa itu pernikahan?, Perlukah cinta dalam pernikahan?, Apa
itu sakinah, mawaddah dan warahmah?
Bagaiman mengatasi problema dalam pernikahan?.
Hmm, kalian mungkin penasaran dan ingin tahu jawabannya. Mari kita tetap
fokus dalam membaca tulisan ini dan berbagi jika saya ternyata keliru dalam
mengungkapkannya. J
Mengapa
kita perlu menikah?, pertanyaan yang mungkin pernah terbesit dalam benak kita.
Pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial, dimana manusia baik laki-laki
maupun perempuan memiliki ketergantungan terhadap orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya. Salah satu kebutuhan dalam diri setiap manusia baik laki-laki
maupun perempuan adalah dorongan seksual, yang bertujuan untuk memenuhi
kepuasaan dalam dirinya dan memelihara eksistensinya sebagai mahluk hidup. Ini
lah yang menjadi alasan mengapa setiap mahluk melaksanakan pernikahan. Tetapi
harus diingat bahwa manusia menikah bukan hanya dorongan seksual, lebih dari
itu karena manusia menginginkan sakinah,
mawaddah dan warahmah dalam
pernikahnnya.
“Diantara
tanda-tanda kekuasaan Allah, telah diciptakan-Nya untukmu pasangan-pasangan
dari jenis mu sendiri, supaya kamu tentram didalamnya. Dan diciptakan-Nya
diantara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya hal itu menajdi tanda
kebesaran Allah bagi orang-oarang yang berpikir.” (QS Al-Rum [30]:21)
“Maha
Suci Allah yang menciptakan semua pasangan, baik dari apa yang tumbuh di bumi,
dari jenis mereka (manusia) maupun dari (mahluk-mahluk) yang mereka tidak
ketahui.” (QS. Ya Sin [36]:36).
Rasullullah
SAW. Pun memerintahkan laki-laki agar memilih perempuan yang paling baik
agamanya untuk dinikahi. “Seorang wanita dinikahi karena empat perkara: harta,
kecantikan, keurunan dan agama. Maka diantara pilihan yang paling baik
agamanya, niscaya kamu tidak akan merugi.”
Lalu
apa pernikahan itu? Telah dijelaskan bahwa Allah SWT menciptakan segala
sesuatunya secara berpasangan, ada malam ada siang, ada bahagia ada sedih, ada
wanita dan ada laki-laki. Ini dinamakan law
of sex “hukum berpasangan”, yang bisa kita simpulkan bahwa pernikahan
adalah sunnatullah dalam arti
“Ketetapan Tuhan yang diberlakukannya terhadap semua mahluk”. Menikah adalah
aksi dari satu pihak yang disambut dengan reaksi penerimaan oleh pihak lain, yang
satu memengaruhi dan yang lain dipengaruhi.
Allah
berfirman : “Kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan
orang-oarang yang layak (kawin) dari hamba-hamba sahaya kamu yang laki-laki dan
hamba-hama sahaya kamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan
memampukan mereka dengan karuaniaNya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi
maha mengetahui. Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah mereka menjaga
kesucian (diri) mereka, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya”
(QS. An-Nur [24]:32-33).
Rasullulah
SAW pernah bersabda dalam hal yang menyangkut pernikahan. “Pernikahan adalah
salah satu sunah ku. maka siapa yang tidak senang dengan cara hidupku (yakni
yang hendak mengekang dorongan seksualnya sehingga tidak menyalurkannya melalui
pernikahan yang sah) maka dia bukan dari (temaksuk dalam kelompok umat) ku.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Menikah
juga berarti menyambung silaturahmi dua keluarga besar. Seseorang yang akan
menikah, sesungguhnya tidak hanya menikah dengan pasangannya saja, tetapi juga
“menikah” dengan keluarganya. Karena menikah itu tidak hanya membahagiakan aku
dan kamu tetapi keluargaku dan keluargamu. Nah jadi jangan mau kalu ada yang
ngajak kawin lari ya, capek hehehe
Nasihat
dari seorang yang bijak: “Jangan tanya akal anda tentang wanita yang hendak
anda jadikan pendamping. Pastilah akal akan menunjukan kekurangannya, dan
ketika itu anda akan mengurungkan rencana. Tapi tanyailah hati. Jika ia
menjawab positf, walau tak bulat, maka tugaskan akal mencari pembenaran.”
Perlukah
cinta dalam menikah? Tidak ada rasa takjub yang lebih memukau dari pada rasa
takjub karena dicintai atau mencintai, tapi apakah cinta itu?Ulama besar, Ibn
Hazm menggambarkan pengalaman pribadinya dan pengalaman orang lain dalam
memahami cinta. Ulama itu menulis,
“Cinta,
awalanya permainan dan akhirnya kesungguhan. Ia tidak dapat dilukiskan, tetapi
harus dialami agar diketahui. Agama tidak menolaknya dan syariat pun tidak
melarangnya, karena hati di tangan Tuhan, Dia yang membolak-baliknya.”
Ada
beberapa fase dalam lahirnya cinta, fase
pertama adalah kedua belah pihak yang akan mencintai dan dicintai merasakan
ada atau tidaknya kedekatan antara mereka berdua. Fase kedua adalah pengungkapan diri (self revelation), dimana masing-masing merasakan ketenangan dan
kenyamanan untuk mengungkapkan lebih dalam lagi tentang dirinya berupa
keinginan, harapan dan cita-citanya. Fase
ketiga adalah saling ketergantungan (mutual
dependencies), dimana masing-masing merasakan memerlukan bantuannya untuk
memenuhi kebutuhannya, memerlukan pasangannya untuk berbagi kesedihan maupun
kebahagiaan.
Jadi
sangatlah perlu adanya cinta dalam sebuah pernikahan, karena menikah adalah
menyatukan dua “aku”, yang mereka tidak akan pernah menyatu tanpa adanya kecocokan
jiwa yaitu cinta. Kalu kata para pujangga “hidup tanpa cinta bagai taman tak
berbunga”. Ops :D
“Jangan
kau kira cinta datang dari keakraban dan pendekatan yang tekun, cinta adalah
putra dari kecocokan jiwa dan jikalau itu tiada. Cinta tak akan tercipta dalam
hitungan tahun bahkan abad.” (Khalil Gibran).
Apakah
sakinah, mawaddah dan warahmah itu?, sakinah mawadddah dan warahmah adalah
tujuan dari suatu pernikahan dimana itu diusahakan bukan dinantikan
kedatangannya dalam rumah tangga kita. Seperti halnya ilmu yang diusahakan
dalam mendapatkannya bukan ditunggu kedatangnnya. Seperti yang diisayaratkan
dalam Al-Quran; membangun jiwa sakinah,
menghidupkan semangat mawaddah dan
mempertahankan spirit rahma.
Kata
sakinah berarti ketenangan, atau lawan kata dari kegonjangan. Sakinah
menggambarkan sebuah ketenangan dan ketentraman karena sebelumnya terjadi
sebuah gejolak dalam diri. Sakinah dapat dilahirkan apabila agama berperan
dengan baik dalam kehidupan rumah tangga. Perlu diingat bahwa sakinah tidak datang
begitu saja atau lewat depan rumah seperti tukang sate yang biasa lewat hehehe.
Ada syarat bagi kehadirannya, yaitu berkenaan dengan kalbu/hati manusia yang
harus disiapkan dengan kesabaran dan ketaqwaan. Perbanyaklah berdzikir kepada
Allah niscaya hati akan tenang. J
Sakinah baru diperoleh setalah melalui
beberapa fase, bermula dari membersihkan hati dari sifat tercela dan buruk.
Bukan pake diterjen untuk membersihkannya hohoho melainkan dengan melakukan
permuhasabahan diri dimana kita mengakui dosa-dosa dan kesalahan kita kepada
Allah. Kemudian “memutuskan hubungan” dengan masa lalu yang kelam, dengan
penyesalan dan pengawasan yang ketat terhadap diri kita dalam hal kedapan.
Setelah itu muhajadah/perjuangan melawan sifat tercela dan menggantinya dengan
sifat terpuji, bertaubat untuk meninggalkan keburukan dan menggantinya dengan
kebaikan, sambil memohon bantuan Alllah. Percayalah pertolongan Allah amatlah
dekat J
Mawaddah
berasal dari kata yang maknanya berkisar kepada “kelapangan dan kekosongan”,
mawaddah adalah kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Ia
adalah cinta plus sejati. Inget bukan cinta biasa tapi “cinta plus” dimana
seseorang yang telah bersemai dalam hatinya mawaddah tidak akan mudah bercerai
berai, walau dipisah laut dan pantai tak akan goyah gelora cinta, walau dipisah
api dan bara tak akan padam sinar asmara. ow ow ow ciiyye ciiyee kok jadi
nyanyi hehehe
Oea
mawaddah ini tidak hadir begitu terlaksananya perkawinan, kelirulah jika orang
beranggapan mawaddah akan hadir setelah menikah, kalu demikan kita tidak akan
menemukan perkawinan yang gagal, right?. Yang benar adalah dengan pernikahan
Allah menganugrahkan pasangan suami istri untuk meraih mawaddah dengan berjuang
bersama. Ada beberapa tahap nih untuk meraih mawaddah. Pertama tahap bulan madu dimana pada tahap ini hati pasangan
berbunga-bunga serasa dunia milik berdua, seperti kisah romeo dan juliet yang
berani mati untuk pasangannya wiw wiw saking cintanya. Kedua tahap gejolak, nah ditahap ini terjadi setelah bulan madu.
Kehidupan di tahap ini sudah tidak terlalu memesona, mulai hinggap
kejengkelan-kejengkelan dihati. Mulai deh terbuka sifat-sifat dasar
masing-masing pasangan yang dulu di umpetin di dalam kantong sebelum menikah
hehehhe. Pada tahap ini kedua pasangan mulailah sadar bahwa pernikahan bukan
tentang romantisme belaka seperti kisahnya romeo dan juliet, kadang terjadi
penyesalan telah menikahinya. Nah kalu dibiarkan bisa terncam gagal deh rumah
tangga yang baru kita bangun, upaya untuk mencegah terjadinya kegagalan dengan
kesabaran dan toleransi sambil memohon bantuan Allah SWT. Inget bukan bantuan
dukun ya bantuan Allah Azza Wajalla. ketiga
tahap perundingan dan negosiasi, tahap ketiga ini lahir jika masing-masing
pasangan masih saling membutuhkan dan karena itu mereka selalu melakukan
negosiasi, kedua belah pihak harus saling mengalah dalam melakukan negosiasi.
Mereka harus bisa menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing pasangan.
Jika tahap ini sukses maka akan lahir tahap berikutnya. Keempat tahap penyesuaian dan integritas, pada tahap ini
masing-masing dapat menunjukan sifat aslinya. Pada tahap ini masing-masing
mulai saling menghargai satu sama lain meskipun masih terdapat perbedaan. Pada
tahap ini akan terasa nikmatnya berkorban demi cinta. Wew... Kelima tahap peningkatan kualitas kasih
sayang, disini masing-masing pasangan menyadari bahwa manusia tidak ada
yang sempurna dan bahwa hubungan perkawinan berbeda dengan segala macam
hubungan sosial yang selama ini dikenal. Pada tahap ini, pasangan menajdi teman
terbaik, kawan berdiskusi dan berbagi kebahagian, dan semua kegiatan dikaitkan
dengan upaya menyenagkan pasangan. Keenam
tahap kemantapan, pada tahap ini masing-masing pasangan menghayati cinta
kasih sebagai kenyaataan abadi, sehingga badai perbedaan dan perselisihan pun
tak akan menggoyahkan rumah tangga. Nah, dalam masa kemantapan inilah
kebahagiaan sejati dirasakan.
Warahmah
atau Rahmah artinya kasih sayang,
diambil dari kata rahim yarhamu yang
bermakna kesungguhan untuk berbuat baik kepada yang dicintainya, mencerminkan
sikap saling memahami kekurangan masing-masing dan berusaha untuk
melengkapinya. Rahmah adalah kondisi
pisikologis yang muncul didalam hati akibat menyaksikan ketdiakberdayaan dan
mendorong yang bersangkutan untuk melakukan pemerdayaan. Rahmah menghasilakan kesabaran, murah hati, tidak cemburu.
Pemiliknya tidak angkuh, tidak mecari keuntungan semata, tidak pemarah apalgi
pendendam. Rahmah yang menghiasi jiwa
sesorang mampu membendung keinginan dan kebutuhan yang berpotensi untuk
menyakiti pasangannya. Sehingga pasangan suami istri yang jiwanya telah dihiasi
Rahmah selalu mengupayakan kebahagiaan pasanganya dan menghindari suatu yang
akan menyakiti hati pasangannya. Subahnallah sekali ya J.
Bagaimana
mengatasi problema dalam pernikahan? Loh kan sudah dijelaskan diatas, yaitu
dengan berusaha untuk meraih Sakinnah,
Mawaddah dan Warahmah melalui
kesabaran dan ketaqwaan kepada Allah Azza Wajalla. Karena pada dasarnya manusia
tidak ada yang sempurna begitu pula dengan sebuah pernikahan, kitalah yang
harus membuat ketidak sempurnaan itu menjadi sempurna.
Jika
diantara teman-teman masih penasaran dan belum puas dengan jawaban-jawaban yang
ada di benak kalian, teman-teman bisa baca langsung bukunya M. Quraish Shihab
yang berjudul “Penganting Al-Quran, Kalung permata buat anak-anak ku”. kalu ga,
bisa juga baca bukunya “Sakinah Bersamamu” dari Asma Nadia. Kalu ga punya uang
buat beli bukunya, kalian bisa ikutin tips dari saya yaitu sering-sering
nongkrong di gramedia buat baca buku gratisan hahahah :D
|
Ini buku Pengantin Al-Quran |
|
Ini buku Sakinah Bersamamu |
Tulisan
ini saya dedikasikan juga khusus untuk sepupu saya yang sekaligus teman
sepermainan saya waktu kecil @Icha yang telah berani memutuskan untuk menikah
dini. Semoga pernikahan kalian dipenuhi dengan keberkahan sehingga menjadi
keluarga yang sakinah, mawaddah dan
warahmah. Saya tidak bisa memberikan sebuah kado yang lebih baik dari
sebuah ilmu yang Allah dan Rosul kita telah berikan.
Akhir
kata saya ucapkan terimakasih buat teman-teman yang sudah berkunjung di blog
saya, apalagi mau kasih comment buat
tulisan saya ini. Sampai jumpa lagi di tulisan saya yang selanjutnya J